KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur
alhamdulillah
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan agung sepanjang zaman, Rasulullah saw,
keluarga, para sahabat serta pengikut setia beliau sampai akhir zaman.
Meskipun
dalam penyusunan laporan ini masih sangat sederhana
tentunya banyak pihak yang membantu. Tanpa bantuan dari berbagai pihak tentunya
penulis mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas limpahan karunia
yang diberikan.
2. Kedua orang tua yang telah
memberikan dukungannya baik moril maupun material.
3. Dosen mata kuliah Manajemen
Syariah, Ibu Ii Holillah, SEI.
4. Bapak / ibu pemilik TITA Food yang telah meluangkan waktunya untuk berwawancara
5. Semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari
bahwa hasil laporan observasi ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan
minimnya pengetahuan penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan jazakallahukhoiron
ahsanal jaza.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Depok, 25 Maret 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau yang disingkat UMKM banyak
dikembangkan oleh masyarakat. Berdasarkan data kementerian koperasi dan UMKM menyebutkan
bahwa pengaruh perkembangan UMKM terhadap pendapatan Indonesia adalah 24,15%
pada tahun 2010-2011. Hal ini terjadi karena minimnya lapangan pekerjaan.
Jumlah lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jumlah penduduk produktif
menuntut masyarakat mencari solusi. Gencarlah pemerintah memberi dorongan dan
dukungan kepada masyarakat untuk mendirikan UMKM agar pengangguran di Indonesia tidak meningkat.
Pengertian UMKM berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun
2008 adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau
dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan
tertentu. Rinciannya sebagai berikut:
-
Usaha
produktif yang kekayaannya sampai 50 juta rupiah dengan pendapatan sampai 300
juta rupiah/tahun digolongkan sebagai Usaha Mikro.
-
Usaha
produktif yang kekayaannya sampai 50 juta hingga 500 juta rupiah dengan
pendapatan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah/tahun digolongkan sebagai
Usaha Kecil
-
Usaha
produktif yang kekayaannya sampai 500 juta hingga 10 milyar rupiah dengan
pendapatan sekitar 2,5 milyar hingga 50 milyar rupiah/tahun digolongkan sebagai
Usaha Menengah
TABEL PERKEMBANGAN UMKM DI INDONESIA TAHUN 2010-2011
Indicator
|
Tahun 2010
|
Tahun 2011
|
Perkembanga
th 2010 - th 2011
|
UNIT USAHA
-Usaha Mikro
-Usaha
Kecil
-Usaha
Menengah
|
JUMLAH
53.207.500
573.601
42.631
|
%
98,85%
1,07%
0,08%
|
JUMLAH
54.559.969
602.196
44.280
|
%
99%
1,09%
0,8%
|
JUMLAH
1.352.470
28.594
1.649
|
%
2,54%
4,98%
3,87%
|
TENAGA
KERJA
-Usaha
Mikro
-Usaha
Kecil
-Usaha
Menengah
|
JUMLAH
93.014.759
3.627.164
2.759.852
|
%
90,98%
3,55%
2,70%
|
JUMLAH
94.957.797
3.919.992
2.844.669
|
%
90,77%
3,75%
2,72%
|
JUMLAH
1.943.038
292.828
84.816
|
%
2,09%
8,07%
3,07
|
Sumber:
data kementerian koperasi dan UMKM yang
diolah oleh penulis
Berdasarkan data
di atas menunjukkan bahwa usaha mikro memberikan pengaruh pendapatan negara
yang signifikan. Oleh sebab itu, menarik bagi penulis meneliti TITA Food
sebagai objek observasi karena badan usaha tersebut termasuk dalam Usaha Mikro.
TITA Food memproduksi olahan makanan dari bahan dasar
lidah buaya. Manajemen usaha yang diterapkan membuat TITA Food berkembang dari
waktu ke waktu. Ada beberapa alasan lain kenapa penulis memilih TITA Food
sebagai objek obsenvasi, diantaranya:
a. TITA Food memilih bahan dasar yang unik dan organic
b. TITA Food memperoleh bahan dasarnya dari para petani lidah
buaya di Depok
c. TITA Food adalah pelopor dan pencipta warna lain di dunia
kuliner
d. TITA Food selalu mempertahankan kualitas agar nilai gizi
yang terkandung dalam produk dirasakan manfaatnya oleh konsumen
BAB II
PENJABARAN JENIS USAHA
A. Jenis Usaha
Dalam ilmu ekonomi, dikenal berbagai macam jenis usaha,
diantaranya :
1. Badan usaha
perseorangan atau individu
Badan usaha perseorangan atau individu adalah badan
usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat membuat
badan usaha perseorangan tanpa ijin dan tata cara tertentu. Pada umumnya
perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah
produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yan sedikit, dan penggunaan alat produksi
teknologi sederhana.
2. Badan usaha
persekutuan atau partnership
Badan usaha
persekutuan atau partnership adalah badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih
yang secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis. Badan usaha
termasuk dalam badan usaha persekutun adalah firma dan persekutuan komanditer.
3. Perseroan Terbatas
atau PT
Perseroan Terbatas atau PT
adalah organisasi bisnis yan memiliki
badan hokum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab
yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau
perseoranan yana ada di dalamnya.
Berdasarkan penjabaran di atas, badan usaha yang penulis
kunjungi termasuk dalam jenis usaha perseorangan atau individu. Badan usaha perseorangan juga memiliki karakteristik sebagai berikut :
ü
Relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan
ü
Tanggungjawab tidak terbatas dan juga bisa melibatkan
harta pribadi
ü
Tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi
ü
Seluruh keuntungan dinikmati sendiri
ü
Sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri
ü
Keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan
penghasilan yang lebih besar
ü
Jangka waktu Badan Usaha tidak terbatas atau seumur hidup
ü
Sewaktu waktu dapat dipindah tangankan
B.
Bidang Usaha
Semakin
bekembang kehidupan ini, semakin tumbuh juga jenis usaha yang dikembangkan
orang, dan semakin beragam pula karir yang dapat menjadi pilihan. Menurut
bidangnya, usaha secara garis besar dapat dibagi menjadi :
1. Agroindustri (pertanian)
Tentu saja
berkarir dibidang ini tidak otomatis sama dengan menjadi petani dalam arti ikut
turun ke sawah untuk mencangkul, menanam, dan memanen hasil tanaman, malainkan
lebih sebagai pengelola usaha yang berkaitan dengan budi daya tanaman, termasuk
padi, jangung, teh, kelapa sawit, dan lain-lain.
2. Ecer/retail (distribusi)
Secara garis besar, pengindustrian dapat diartikan sebagai
kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian
barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai
dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat diperlukan).
3. Industri
Banyak jenis industri misalnya industri logam, kayu, kimia,
farmasi, tekstil, makanan dan minuman, serta elektronik. Kesimpulannya, semua
pabrik yang mengoperasikan msin-mesin untuk menghasilkan suatu produk dapat
digolongkan sebagai usaha industri.
4. Kesehatan
Membangun dan menjalankan rumah sakit, klinik, dan
laboratorium tergolong bisnis dalam bidang kesehatan. Apotek atau toko obat
dapat dikategorikan sebagai bisnis yang berkaitan dengan bidang kesehatan.
5. Peternakan
Bidang peternakan bukan cuma membuka peluang karir bagi
lulusan peternakan. Seorang dokter hewan pun bisa berkarir dibidang ini. Nilai
ekonomi dalam bidang peternakan juga dapat diandalkan, namun secara keseluruhan
peternakan di Indonesia disinyalir masih kurang bergairah. Peternakan
membutuhkan tenaga ahli serta pengalaman teristimewa/khusus dalam hal perawatan
dan pengembangbiakan.
Badan usaha yang penulis kunjungi bernama
TITA Food. TITA Food bergerak dalam bidang
industri kuliner atau makanan. Badan usaha ini mengolah
lidah buaya menjadi makanan yang memiliki nilai
ekonomis dan gizi yang tinggi.
C. Manajemen POAC
Manajemen
merupakan hal penting yang wajib dikelola dengan serius sehingga proses usaha
berjalan dengan efektif, efisien dan professional. Allah SWT, dalam sebuah
hadist mencintai usaha yang baik manajemennya.
”Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika
melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas, dan
tuntas)”
(HR Thabrani)
Berdasarkan
sebuah sumber mengatakan bahwa manajemen adalah proses mengoptimalisasikan
berbagai metode, alat, dan sarana untuk mencapai sasaran. Sedangkan menurut
seorang ahli, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengoranisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Pastilah sebuah
usaha memiliki hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, oleh karena itu
dibutuhkan manajemen yang baik.
Manajemen terdiri dari 4 unsur yang
mendukung. Unsur-unsur tersebut meliputi:
1. Planning
Planning adalah
proses yang menyangkut upaya yan dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan
di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yan tepat untuk mewujudkan
target dan tujuan organisasi
2. Organizing
Oranizing
adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan
dalam perencanaan. Didesain dalam sebuah struktur organisasi yan tepat dan
tangguh, system dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan
bahwa semua pihak adalam oranisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien
guna pencapaian tujuan organisasi.
3. Actuating
Actuating
adalah proses penerapan program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan
tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
4. Controlling
Controlling
adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang
telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai
dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam
lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
BAB III
OBJEK OBSERVASI
A. Sejarah Usaha
Objek
observasi adalah sesuatu yang diamati secara cermat dan digunakan sebagai bahan
penelitian. Objek observasi yang penulis gunakan adalah sebuah home industry yang beroperasi di kota
Depok yang bernama TITA Food. Nama TITA
Food
berasal dari nama pemilik dan istrinya, “TI” dari nama “Titi” (istri) dan “TA” dari nama
“Ta’lim” (pemilik usaha).
Usaha ini digeluti sejak tahun 2010,
berawal dari pemilik yang mengikuti seminar UMKM yang diadakan oleh sebuah
perusahaan. Pemilik diarahkan untuk bertani lidah buaya dan mendapat bibit
lidah buaya gratis dari acara seminar tersebut. Setelah ditanam, dikelola dan
siap panen, ternyata tidak ada follow up
dari perusahaan. Pemilik memutar otak untuk mengolah daging lidah buaya
tersebut, “iseng-iseng” katanya mencampur lidah buaya dengan jelly. Ternyata
tanggapan masyarakat terhadap makanan tersebut positif. Mulailah banyak pesanan
dari masyarakat, sampai akhirnya pemilik memutuskan untuk mengembangkan
usahanya dan menambah jenis produk. Sampai saat ini TITA Food memproduksi 3
macam produk yang berbahan dasar lidah buaya atau bahasa latinnya Aloevera, antara lain:
a. TITA Cendol Aloevera
b. TITA Jelly Aloevera
c. TITA Nata de Vera
Dalam sehari,
TITA Food dapat memproduksi 200 cup jelly Aloevera,
yang dijual dengan harga Rp 800,00 per cup kepada reseller yang selanjutnya dijual Rp1000,00 per cup kepada
pelanggan. Berdasarkan jumlah tersebut, dapat diperkirakan omset per bulannya adalah
Rp 4.800.000,00 dengan laba bersih kira-kira 30% dari omset. Sedangkan
pendapatan dari produk lain tergantung pesanan pelanggan karena Cendol Aloevera dan Nata de Vera tidak bisa
bertahan lama seperti Jelly Aloevera,
maka produksinya pun terbatas sesuai dengan pesanan.
TITA Food
memperoleh ijin MUI pada tanggal 13 Desember 2012. Bersama beberapa UMKM
lainnya di kota Depok, dan dibantu biaya administrasi oleh pemerintah kota
Depok. Pemilik memaparkan bahwa ingin mengajukan ijin ke BPOM namun saat pemilik
akan mendaftarkan produknya saat itu, sudah terlambat. “Tidak ada sosialisasi
dari BPOM kepada UMKM tentang prosedur pendaftaran produk.”tambah Pak Ta’lim.
B. Pemilik Usaha
Seperti yang
telah disampaikan sebelumnya bahwa TITA Food dirintis oleh sepasang suami istri
yang tinggal di Depok. Beliau adalah Bapak Ta’lim Haryanto dan Ibu Titi Carsiti.
Beliau berdua berasal dari kota Cirebon, namun sekarang bersama keluarga, tinggal
di sebuah rumah yang beralamat di kampung Grogol RT 02/RW 01, Kelurahan
Rangkapan Jaya, Kecamatan Pancoranmas, Depok. Bu Titin alhamdulillah dikaruniai
seorang putri dan dua orang putra. Putri
pertama bernama Siti Nuraini Wahdah yang sekarang kuliah di STEI SEBI semester
II dengan beasiswa entrepreneur muda Indosat. Putra kedua kelas VIII SMP
bernama Muhammad Iqbal Nugraha dan yang terakhir baru berusia 5 tahun bernama
Muhammad Fauzan Wirawan. Pendidikan terakhir ibu tiga anak ini adalah SMP,
sedangkan sang suami adalah Sarjana Ilmu Politik.
Dari usaha
TITA Foodlah kebutuhan hidup keluarga ini tercukupi. Selain focus di TITA Food,
Pak Ta’lim juga memiliki pekerjaan sambilan seperti di DPD, distributor air
mineral dan bekerja di sebuah perusahaan asuransi syariah.
Banyak orang
yang ingin mengetahui cara membuat olahan lidah buaya. Pak Ta’lim menuturkan
bahwa akan senang hati membagikan ilmunya tentang pengolahan Aloevera. Bahkan, Februari tahun 2012
ada sebuah stasiun televisi swasta yang meliput kegiatan produksi TITA Food. Beliau
tidak takut tersaingi karena beliau yakin bahwa rezeki telah diatur oleh Allah
SWT.
C. Manajemen Usaha
Walaupun
tidak diatur secara tertulis, namun secara tidak langsung TITA Food telah
menerapkan manajemen usaha yang cukup baik. Berdasarkan analisa dari wawancara,
manajemen usaha yang telah diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Planning
Banyak tujuan yang ingin dicapai oleh
TITA Food, namun penulis merangkumnya dalam bentuk visi dan misi. Berikut
adalah visi dan misi TITA Food:
Visi
1.
Mengembangkan industri lidah buaya di kota Depok sehingga
lidah buaya menjadi icon kota Depok
2.
Mengembangkan usaha dan merekrut karyawan dari lingkungan
sekitar
3.
Memiliki pabrik dengan alat produksi berteknologi tinggi
4.
Menjadi stokis utama olahan lidah buaya di kota Depok dan
sekitarnya
5.
Mempertahankan kualitas produk.
Misi
1.
Menjadi perusahaan yang ramah lingkungan dan mensejahterakan masyarakat sekitar, serta memberikan
manfaat bagi pelanggan.
b.
Organizing
Membagi tugas kerja menjadi produksi dan distribusi.
c. Actuating
1.
Menjaga kualitas produk dengan menggunakan bahan dasar
organik dan tanpa pengawet
2.
Mengantarkan
produk kepada reseller dengan tepat waktu
3.
Mengikuti seminar-seminar yang bisa
membuat usahanya lebih berkembang
4.
Menjaga kesterilan
produk dengan memisahkan antara dapur produksi dengan dapur rumah tangga serta
proses sterilisasi pada kemasan
5.
Bekerja sama dengan petani local
6.
Bekerja sama
dengan Rumah Zakat sebagai mitra binaan Rumah Zakat
d.
Controlling
1.
Mengontrol reseller
dengan intensif
untuk mengantisipasi barang sisa
2.
Meleporkan
omset per bulan kepada Rumah Zakat
Manajemen pemasaran TITA Food pun sudah cukup baik. Selain
dari mulut ke mulut, Rumah Zakat membantu pengiklanan dengan menyediakan
brosur. Brosur-brosur tersebut disebar dengan bantuan menitipkannya kepada rekan
pemilik yang selanjutnya menyebarkan dan menyebarkannya di pusat-pusat
perbelanjaan. Selain brosur, Rumah Zakat juga membantu menyediakan alat pres
untuk plastic penutup cup.
Selain usaha-usaha pemasaran yang telah disebutkan di atas,
TITA Food juga berusaha memperluas jangkauan pasarnya dengan cara:
1.
Membuka stand bazar di event-event besar dan di
pusat perbelanjaan
2.
Distribusi langsung ke pelanggang dan reseller
3.
Bekerja sama dengan
beberapa rumah makan di kota Depok
BAB IV
ANALISA OBSERVASI
TITA Food belum menerapkan manajemen usaha yang begitu
kompleks, namun manajemen yang ada sudah
sesuai dengan kebutuhan proses produksinya. Mengingat bahwa jumlah produksi
TITA Food masih terbatas. Namun, TITA Food selalu berusaha untuk menjaga
kualitas dan kehigenisan produk. Sebagai pelopor pengolahan jelly Aloevera, dari awal produksi sampai
sekarang TITA Food tidak pernak menggunakan zat pengawet dan hanya menggunakan
sedikit zat pewarna yang didapat dari kementerian koperasi dan UMKM.
Meskipun produknya masih asing bagi masyarakat, namun prospek usaha ini terlihat
baik dari peminatnya yang tak pernah berkurang. Bahkan, kebanyakan pelanggannya
adalah golongan menengah ke atas karena mereka sudah menyadari bahwa Aloevera bermanfaat untuk kesehatan. Untuk
kalangan menengah ke bawah, mereka cenderung memilih jelly tanpa Aloevera karena harganya yang lebih
murah, Pak Ta’lim memaparkan bahwa beliau pernah melakukan penelitian. Respon
pelanggan di sebuah SDIT, dengan pelanggan di sebuah pusat perbelanjaan.
Walaupun harga satu cup jelly Aloevera
lebih mahal saat dijual di pusat perbelanjaan, namun peminatnya justru lebih
banyak daripada peminat di SDIT karena yang pelanggan utamakan adalah
manfaatnya, bukan harganya.
Banyak kendala yang dialami dalam memulai
berbisnis maupun saat berbisnis. Salah satu kendala yang umum dialami banyak
pelaku usaha adalah keterbatasan modalbegitu pula yang dialami oleh TITA Food. Hal
tersebut sangat berpengaruh pada proses produksinya, TITA Food hanya bisa
memproduksi dalam jumlah yang terbatas dan belum merekrut karyawan. Ada
keinginan TITA Food untuk mencari pinjaman modal, namun selalu urung karena
tidak memiliki jaminan. Hal ini menyebabkan perkembangan usaha TITA Food
tergolong lambat.
Kendala kedua adalah tuntutan pemerintah
agar setiap badan usaha memiliki izin usaha. Namun dalam prakteknyanya proses
perijinannya dipersulit atau dibebani biaya yang tinggi. Hal tersebut hendaklah
didukung oleh pemerintah daerah, misalnya dengan memberikan bantuan biaya
administrasi kepada UMKM untuk memperoleh perijinan dari Dinas Perindustrian
dan UMKM pusat , sertifikat halal dari MUI atau BPOM. Saat init ITA Food baru
memperoleh sertifikat halal dari MUI.
Kendala selanjutnya terdapat pada
proses pencatatan laporan keuangan. TITA Food belum membuat laporan keuangan
rutin yang mencatat pengeluaran dan pendapatan. Pemilik hanya mencatat agen-agen
resellernya, serta mencatat produk yang akan dipasarkan.
Kendala pesaing belum begitu menjadi
permasalahhan bagi TITA Food, karena produknya belum ada yang menyamai.
Kalaupun ada yang menniru, pastilah hasilnya tidak sama. Hal ini dikarenakan
TITA Food menjaga rahasia paling penting dalam proses produksi.
Nilai-nilai syariah senantiasa
diterapkan dan dijaga dalam setiap proses produksi. TITA Food selalu
menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan dan minim bahan kimia. Selain itu
TITA Food juga menjaga kesterilan tempat produksi, proses, serta kemasannya.
Pemilik TITA Food tak pernah meninggalkan sholat wajib di awal waktu walaupun
sedang dalam proses produksi. Hal ini yang biasanya ditinggalkan oleh pelaku
usaha lain. Padahal, datangnya keberkahan Allah berasal dari ketaatan hamba.
Walaupun
sedikit, Pemilik TITA Food selalu menyisihkan sebagian rezekinya untuk
dimasukkan dalam kencleng Rumah Zakat. Karena ada hak saudara kita dalam rezeki
yang Allah amanahkan untuk kita.
BAB V
PENUTUP
Tingginya anemo masyarakat untuk
mendirikan UMKM terkadang membuat pelaku usaha menjadi gelap mata sehingga menggunakan
cara-cara yang kurang baik demi memperoleh laba yang banyak. Usaha yang
dijalankan dengan cara yang tidak baik pastilah tidak akan berjalan lama.
Kejujuran sangat diperlukan dalam berusaha, walaupun hasilnya tidak banyak
namun ketahanan usaha akan lama. Diperlukan kesabaran dalam berusaha, pelan-pelan
tapi pasti.
Kendala yang kompleks dialami oleh
pelaku UMKM adalah minimnya modal dan pencatatan laporan keuangan yang buruk.
Hal ini perlu mendapat perhatian yang khusus baik dari pelaku maupun
pemerintah. Untuk mendapatkan modal, pelaku UMKM bisa berusaha dengan membuat
proposal bisnis untuk pengajuan dana kepada pemerintah. Sehingga UMKM tidak
hanya berantung pada pembiayaan yang berbunga dan mengunakan jaminan. Sedangkan
untuk mengatasi kendala kedua, pelaku hendaknya mencari informasi tentang laporan
keuangan sederhana, beitupun pemerintah hendaknya mensosialisasikan hal
tersebut kepada para pelaku UMKM. Mengingat bahwa UMKM memiliki andil yan besar
terhadap pendapatan daerah.
Saat proses produksi sudah berkembang
tentunya diperlukan pangsa pasar yang lebih luas, dengan berkembangnya teknologi
dan media social yang ada bisa digunakan sebagai media pemasaran produk. Hal
ini juga bertujuan untuk meningkatkan daya saing dengan pelaku usaha yang hasil
produksinya sama.
Manajemen yang telah dipraktekkan oleh
Bapak Ta’lim secara garis besar sudah baik. Hanya saja, saat usahanya
berkembang lebih besar nanti diperlukan struktur organisasi yang lebih kompleks
agar proses produksi lebih efektif dan efisien. Nilai-nilai syariah juga telah
diterapkan dengan baik oleh Bapak Ta’lim.
DAFTAR PUSTAKA
Ii Holilah’s presentation
mdm2010’s.blospot.com
pujihastutiblo.blogspot.com